Beranda | Artikel
Manhajus Salikin: Kaidah Memahami Haid
Kamis, 12 Juli 2018

Sudah paham mengenai darah haid?

Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullahberkata:

وَالْأَصْلُ فِي اَلدَّمِ اَلَّذِي يُصِيبُ اَلْمَرْأَةَ: أَنَّهُ حَيْضٌ، بِلَا حدٍ لسنِّه، وَلَا قدره، ولا تكرره

إِلَّا إِنْ أَطْبَقَ اَلدَّمُ عَلَى اَلْمَرْأَةِ، أَوْ صَارَ لَا يَنْقَطِعُ عَنْهَا إِلَّا يَسِيرًا فَإِنَّهَا تَصِيرُ مُسْتَحَاضَة

Hukum asal pada darah yang didapati wanita adalah haid, tanpa dibatasi usia, kadar lama, maupun pengulangannya.

Kecuali bila darah tersebut keluar begitu banyak pada wanita atau darah tersebut tidak berhenti kecuali sedikit, maka dihukumi sebagai darah istihadhah.

 

Mengenal Darah Haid

Darah haid adalah darah normal yang keluar dari bagian dalam rahim melalui kemaluan wanita dewasa, keluar pada waktu tertentu.

Ciri-ciri darah haid adalah pekat (bukan encer), baunya tidak enak, dan bukan darah yang beku.

 

Kaidah Memahami Darah

Hukum asal pada darah yang didapati wanita adalah haid. Inilah hukum asalnya. Bisa dianggap darah lain jika ada dalil yang menunjukkan keluar dari hukum asal.

 

Umur, Kadar Lamanya, dan Pengulangan Keluarnya Haid

Berdasarkan keterangan dari Syaikh As-Sa’di berarti tidak ada batasan umur untuk waktu keluarnya haid. Inilah pendapat Imam Ad-Darimi dari ulama Syafi’iyah, juga dipillih oleh Ibnu Taimiyyah, dan menjadi pendapat ulama belakangan pula seperti Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz, dan Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin.

Juga untuk berapa hari haid itu keluar tidak ada batasannya. Inilah pendapat dalam madzhab Malikiyah, pendapat sebagian salaf, pendapat Ibnul Mundzir, Ibnu Hazm, Ibnu Taimiyyah, Ibnul Qayyim, Asy-Syaukani, Ibnu Baz, Al-Albani, dan Ibnu ‘Utsaimin.

Begitu juga tidak wajib melakukan hitungan berapa bulan pengulangan untuk menghukumi itu haid.

 

Kapan Dihukumi Darah Istihadhah?

Bila darah tersebut keluar begitu banyak pada wanita atau darah tersebut tidak berhenti kecuali sedikit, maka dihukumi sebagai darah istihadhah. Ini adalah hukum pengecualian dari kaidah asal di atas.

 

Kapan Dihukumi Sudah Punya Kebiasaan Haid?

Haid dihukumi sudah jadi kebiasaan jika sudah berulang sebanyak tiga kali. Inilah pendapat yang masyhur dalam madzhab Hambali, dipilih pula oleh Syaikh Ibnu Baz dan Syaikh Ibnu ‘Utsaimin.

Siapa yang sudah punya kebiasaan haid, lantas darah bertambah atau berkurang, atau haid datang lebih cepat atau datang telat, maka dihukumi haid. Jika darah tersebut berhenti, maka dihukumi sudah suci. Inilah pendapat dalam madzhab Syafi’i, dipilih oleh Ibnu Qudamah, Ibnu Taimiyyah, Ibnu Baz, dan Ibnu ‘Utsaimin.

 

Hukum Cairan Kehitam-Hitaman dan Cairan Kuning

  1. Jika cairan tersebut keluar pada masa haid, maka dihukumi haid. Hal ini berdasarkan kesepakatan empat ulama madzhab.
  2. Sedangkan jika keluar di selain masa haid, maka dihukumi bukan haid. Inilah pendapat dalam madzhab Hanafiyah, Hambali, salah satu pendapat Malikiyah, salah satu pendapat Syafi’iyah, dipilih juga oleh Ibnu Taimiyah, termasuk Syaikh Ibnu Baz, dan Syaikh Ibnu ‘Utsaimin.

Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat.

 

Referensi:

  1. Syarh Manhaj AsSalikin. Cetakan kedua, Tahun 1435 H. Dr. Sulaiman bin ‘Abdillah Al-Qushair. Penerbit Maktabah Dar Al-Minhaj, hlm. 69.
  2. Mulakhash Fiqh Al-‘Ibadaat. Disiapkan oleh Al-Qism Al-‘Ilmi Muassasah Ad-Duror As-Saniyyah. Musyrif: ‘Alawi bin ‘Abdul Qadir As-Saqqaf. Penerbit Ad-Durar As-Saniyyah, hlm. 137-139.

Diselesaikan di Pesantren Darush Sholihin, Panggang, Gunungkidul, 28 Syawal 1439 H

Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Rumaysho.Com

 


Artikel asli: https://rumaysho.com/18091-manhajus-salikin-kaidah-memahami-haid.html